Selasa, 04 November 2008

Novel Populer Sam Kok

Sastra Tiongkok sebelum abad ke-14 mengutamakan penciptaan karya syair, esai, dan cerita pendek. Sejak pertengahan abad ke-14, Tiongkok mulai memasuki masa puncak penciptaan novel. Pada masa itu di Tiongkok berturut-turut muncul banyak novel. Di antara novel-novel itu ada empat novel paling terkenal, yaitu Kisah Tiga Kerajaan atau Sam Kok karya Luo Guanzhong, Shuihu Zhuan atau Tepi Air karya Shi Nai’an, Xi Youji atau Ziarah ke Barat karya Wu Cheng’en, dan Hongloumeng atau Impian Wisma Merah karya Cao Xueqin.

Selama seratus tahun lebih ini, keempat novel klasik itu selalu menjadi karya sastra yang paling populer di kalangan para pembaca dari berbagai lapisan Tiongkok.

Novel Sam Kok atau Kisah Tiga Kerajaan adalah novel gaya bab (bagian) yang pertama dalam sejarah Tiongkok, sekaligus novel tradisional representatif. Yang diartikan novel gaya bab adalah suatu tipe novel yang dibagi-bagi menjadi banyak bab yang masing-masing diawali dengan kuplet dan sajak yang mengikhtisarkan ceritanya.

Novel Sam Kok ditulis Luo Guanzhong yang hidup antara tahun 1330 dan 1400 Masehi, yaitu zaman Dinasti Ming Tiongkok. Riwayat Luo Guanzhong sampai sekarang masih sangat sedikit diketahui.

Kisah Tiga Kerajaan atau Sam Kok mengambil kejadian sejarah antara tahun 184 dan 280 Masehi sebagai isi ceritanya. Yang disebut Sam Kok ialah tiga negara di Tiongkok pada zaman itu, yaitu Negara Wei, Negara Shu, dan Negara Wu.

Novel Sam Kok menceritakan perjuangan politik dan militer antara ketiga negara tersebut untuk menyatukan Tiongkok. Sebagai novel yang memfokus pada pertarungan militer, yang paling menarik pembaca dalam novel Sam Kok adalah kearifan militer yang tercantum di dalamnya.

Novel Sam Kok dengan sukses melukiskan banyak tokoh yang terkenal, antara lain, Raja Cao Cao dari Negara Wei, Raja Sun Quan dari Negara Wu, dan ahli militer Zhu Geliang dari Negara Shu. Khususnya Zhu Geliang dilukiskan sebagai tokoh yang penuh kearifan.

Zhu Geliang yang mahir dalam pengetahuan astronomi dan geografi itu hampir-hampir tak pernah dikalahkan karena dapat meramalkan sesuatu tanpa kesalahan seperti layaknya seorang nabi atau dewa. Taktik militer yang digunakannya seperti Caochuan Jiejian atau “menghimpun anak panah musuh dengan perahu jerami” dan Kongchengji atau “Kota Kosong” telah diabstraksi menjadi taktik yang dijunjung tinggi dewasa ini oleh pedagang dalam kegiatan bisnis dan prinsip untuk menangani urusan dalam kehidupan sehari-hari.

Tidak ada komentar: