Kamis, 26 Juni 2008

cerita tentang kentut

cerita tentang kentut

"mencoba untuk mengajak pembaca memikirkan beberapa hal yang mungkin sebelumnya enggan untuk dipikirkan.... bahkan mendengarkannya saja enggan, yaitu tentang kentut, mengentut dan friksi budaya yang menyertakannya."

Saya mencoba untuk mengulas menariknya fenomena kentut, berkentut dan beberapa hal yang mungkin menarik untuk diketahui walaupun sebelumnya mungkin tidak menarik sama sekali.... bahkan mendengarkannya pun enggan.

Begini, kisaran 2 tahun yang lalu ketika sedang jadwal boarding di ruang tunggu bandara Cengkareng, saya duduk bersebelahan dengan seorang pria paruh baya yang saya yakin bukan orang kita, tapi bisa jadi orang Jepang.

Orang itu asyik membaca buku yang saya yakin sebuah novel karena ukurannya sebesar rata-rata buku novel.

Nggak berapa lama setelah kami berdiam diri dengan kesibukan masing-masing (saya asyik kirim-kiriman sms... yang pasti bukan untuk ulasan perihal kentut)... tiba-tiba dia memiringkan badannya berlawanan arah dengan sisi saya yang artinya memiringkan pantatnya ke arah tempat saya duduk daaaann.... timbul bunyi mak 'prootth' ... rupanya dia kentut dengan seksama, ke arah saya !

Saya sempet mau tersinggung... saya liat dia... tapi demi melihat ketekunannya dia baca novel itu dan saya liat orangnya terpelajar.... saya jadi urung tersinggung.... dan yang penting kentutnya ternyata tidak memberikan dampak nyata berupa bau yang tidak sedap.

Saya harus balas !... bener nggak lebih dari 10 menit saya konsentrasikan diri (sambil tetap berlagak kirim sms) untuk bisa mengolah chemistry dalam lambung dan usus saya untuk menghasilkan gas yang bisa diledakkan dalam bentuk kentut melalui mekanisme yang sedikit dipaksakan....

Benar... saya pun mulai meniru yang dia lakukan 10 menit yang lalu terhadap saya. Tapi karena mungkin ini tipe kentut yang tidak rela, maka bunyinya pun berkesan malu-malu.... mak 'tiuuuuuttt'... dan dijamin tidak berbau, karena saya yakin tidak sedang kebelet dan memang bukan penggemar makanan yang menyebabkan kentut saya bau... istilahnya saya ini mungkin tipe orang penghasil kentut yang elite... nggak norak.

Poin-nya bukan itu.... saya nunggu reaksi dia.... dan ternyata dia nggak bergeming !!! padahal saya yakin dia bukan orang yang tuli. Demi mendengar suara kentut saya yang radha-radha aduhai itu, ternyata dia tetep tekun membaca novelnya dengan seksama... mungkin dia baca buku tentang ; Uji Coba Reaksi Orang Ketika Kita Sedang Kentut.

Ya udah satu sama, pikir saya.... dan yang penting aksi saling balas kentut ini tidak menimbulkan prahara yang tidak perlu di ruang tunggu bandara Internasional ini.

Dari kejadian itu saya jadi mikir..... Ooooo berarti memang ada penyadaran dari orang sana bahwa berhajat kentut itu merupakan kebutuhan biologis yang tidak bisa dihindari oleh manusia siapa-pun dia dan bila perlu tidak usah ditahan, asal tidak membuat bising pendengarnya dan tidak membuat mabuk bagi yang mencium aroma tak terkendalinya....

Juga saya pernah punya kenalan orang Kanada, ketika kerja bareng di suatu lokasi remote di Kalimantan sana, pernah dia bilang kalo saya nggak perlu malu-malu kalo mau kentut.... kentut saja karena itu bisa membuat perut lega.... tapi dia sangat nggak setuju kalo ada orang tidak bisa menahan sendawa (glegek-en, jw) .. dia bilang itu seperti babi...

Waduh sempat bingung saya karena;

-pertama saya barusan mendapatkan kebebasan baru yang belum saya peroleh dari komunitas orang kita..... yaitu bebas kentut asal tidak bising dan tidak bau (wah untuk ukuran orang yang konsumsinya 4 sehat 5 sempurna plus sambel-2an pasti ini susah !). Repotnya justru dengan kebebasan yang diberikan oleh orang Kanada ini, malah saya tidak bisa kentut berhari-hari !

-kedua saya jadi mikir bagaimana caranya untuk tidak bersendawa sehabis makan.... maklum menu makanan orang kita memang sangat memungkinkan kita untuk bersendawa sehabis makan... selain juga kebiasaan kita yang cenderung harus merasa kenyang baru berhenti makan... bukan cukupkan makan supaya nanti merasa kenyang... dan ternyata pesan moral agar orang tidak bersendawa sembarangan memang bagus, yaitu kita dianjurkan untuk mencukupkan makan.

Jadi demikian... kembali ke urusan kentut. Sebagai tambahan lagi, bahwa jenis kentut juga berbeda-beda yang -menurut saya- bisa dikategorikan menjadi 2 kelompok utama;

1. Jenis kentut yang bertipe suara kencang (biasanya berbunyi mak 'tooooott'..atau..mak 'brooott'... atau mak 'zzrroongngng'), namun tidak menimbulkan bau yang signifikan.... ini biasanya dimiliki oleh orang-orang yang berkategori nothing too lose... enjoy the living... apa adanya.... dan menyatu dengan alam terbuka. Dan cenderung dimiliki oleh kalangan wong cilik, karena memang keterbatasannya untuk mendapatkan kesempatan mengkonsumsi rupa-rupa makanan yang menjadi penyebab kentut menjadu bau...

2. Jenis kentut yang bertipe suara halus bahkan tidak terdengar, namun menimbulkan bau yang bisa membuat kecoa pingsan (biasanya berbunyi mak 'theessss' atau malah cuman mak 'ssttttt' dan paling banter paling cuman mak 'pheq !' kayak suara kodok ke-injek)..... ini biasanya dimiliki oleh orang-orang kantor-an, yang suka duduk ber-jam-jam tapi menahan-nahan aspirasi biologisnya demi kesopanan tapi malah menumpuk cikal bakal bau yang semerbak tidak enaknya....

Biasanya yang suka iseng suka mengeluarkan jenis kentut ini di ruang tertutup, macam dalam lift, dalam ruang meeting tertutup, dalam bus ac, dalam mobil ber-ac ketika rame-rame bareng pulang kantor atau bahkan di dalam pesawat terbang (kasus yang terjadi biasanya pas penumpang sudah pada berdiri antri mau turun dari pesawat)..... tujuannya ?? ya mungkin sekedar exhibionist.

Jadi ternyata kentut dan fenomena-nya itu meenarik untuk dicermati, juga karena berkentut itu ternyata penting untuk dilampiaskan sebagai konsekuensi salah satu kebutuhan biologis, sejauh tidak menodai norma yang berlaku umum/disepakati dalam suatu komunitas.

Tidak ada komentar: